Minggu, 25 November 2007

PRESS RELEASE RENCANA AKSI 11 SEPTEMBER 2007

Kondisi kebangsaan kekinian telah menjadi demokrasi yang dijamin dengan kepura-puraan. Setiap hak menyampaikan pendapat dikebiri atas nama pengamanan, stabilitas dan lain sebagainya. Pada akhirnya realitas itu menjadi pendorong untuk melakukan represifitas terhadap aksi menyampaikan pendapat.
Membangun sebuah kritik auto-kritik dalam budaya demokrasi telah menjadi tuntutan mati, karena melalui hal ini kita bisa berbicara berarguimentasi untuk membela hak hidup rakyat yang terlupakan. Kenyataan telah membuktikan hanya melalui tindakan yang dilakukan oleh orang-orang sadar, kondisi bangsa ini bisa berubah. Berusaha menjauhi era keterjajahan berpikir, bertindak, dan mencoba berprilaku yang lebih egaliter dalam pergaulan bangsa ini telah membuat dinamisasi dalam bernegara berusaha dipaksa untuk lebih maju. Namun, harapan untuk kesana memang masih panjang, tetapi waktu yang tidak berbatas ini akan punah dengan cita-cita kita membangun heroicsme semangat perubahan yang setiap saat siap menguliti belenggu kejumudan dalam kemajuan berbangsa.
Nahkoda perubahan bangsa ini dipegang oleh pemimpin tinggi kita yaitu presiden, dia yang menjadi tumpuan setiap harapan kemajuan maupun kemunduran bangsa ini. Secercah harapan kita gantungkan kepada pemimpin kita tersebut, amanat perubahan nasib kita titipkan sebagai jalan menuju sukacita kita untuk berbangsa. Dia yang menjadi pewujud bisikan nurani rakyat, karena bagaimanapun lantangnya rakyat bicara tentang perutnya selama ini, tidak akan pernah mewujud apabila tidak sampai pada pendengaran dirinya. Sudah hampir tiga tahuin kita dipimpin oleh dirinya, harapan yang kita gantungkan tinggalah harapan. Keyataan telah membukakan mata kita bahwa nahkoda yang kita percaya ini, hanya banyak melakukan tebar posona bukan tebar kinerja. Perawakannya yang cukup dikagumi oleh ibu-ibu rumah tangga ternyata telah membawa kesulitan terhadap mereka. Kemampuannya dalam bernyanyi, tenyata tak sehebat kemampuannya untuk melantunkan lagu kebebasan rakyat bangsa ini dari kesengsaraan.
Tidak selesainya masalah korupsi yang menjadi lirik lagu janji dia, melonjaknya setiap harga bahan kebutuhan rakyat dan tidak adanya upaya penanganan serius dalam penangulangan bencana kemanusian di negeri ini, telah menjadi tampilan yang memukau dalam kepemimpinannya. Tubuhnya yang besar tidak sebesar keberaniannya untuk memberikan prioritas dalam mencerdaskan bangsa. Ketidakmampuannya untuk merealisasikam anggaran pendidikan 20% yang merupakam amanat undang-undang dasar 1945, menjadi kunci ketidakberesannya dalam memipin negeri ini.
Kemudian, menjadi lengkap ketika dia ditemani seorang wakil yang hanya mementingkan perusahaan pribadinya, karena merupakan pengusaha besar negeri ini. Dia yang yang menjadi wakil peresiden yang cukup aktraktif dalam bertindak, terutama menyangkut usaha bisnisnya. Kita bisa menonton bagaimana dia memilah-milah hal tentang rakyat, lebih tertariknya dia dalam berbicara tentang partai yang dia pimpin ketimbang tentang rakyat telah menjadi dagelan dalam kepemimpinan bangsa ini. Pengaruhnya yang cukup besar karena memegang kekuatan politik (Ketua Umum Partai Golkar) dan capital (Perusahaan), telah mengantarkannya pada keberanian dalam setiap saat untuk menggadaikan negeri ini.
Kesimpulan dari curhatan kita tentang pemimpim bangsa ini, tenyata telah mengantarkan pada segudang kekecewaan. Segenap harapan yang ditumpahkan sebelumnya hanya menjadi aspirasi tanpa makna karena tidak pernah ada niatan untuk merealisasikan. Perwujudan bangsa yang maju hanya menjadi dagelan dalam acara televisi, pemimpin negeri yang ideal hanya ada dalam Republik mimpi tidak pernah ada dalam kenyataannya. Oleh karena itu kita tidak bisa hanya berpangkutangan diam tak bertindak sedikitpun, padahal rakyat tidak bisa menunggu perutnya yang lapar, tidak bisa melihat anaknya yang terlantar kerena tak sekolah, pengangguran yang setiap saat bisa mendorongnya bertindak criminal dan segudang masalah kehidupan lainnya yang menjadi peresah dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu atas nama amanat penderitaan dan keresahan rakyat yang dibuat oleh pemimpin kita yang lalai yaitu SBY-JK, maka kita komitmen untuk melakukan GERAKAN MEMBANGUN BANGSA (GERBANG), dengan tujuan mewujudkan hal-hal dibawah ini;
1. Tetap mendorong pemerintah untuk merealisasikan anggaran pendidikan 20% sesuai amanat UUD’45, karena SBY-JK hanya merealisasikan 9,8 % dari APBN untuk tahun 2007.
2. Memiminta secara Legowo SBY-JK untuk diadili oleh mahkamah konstitusi karena ketidakmampuannya merealisasikan amanat konstitusi UUD’45 selama 3 tahun, dibuktikan dengan tidak adanya jaminan pendidikan dasar gratis yang telah diamanatkan.
3. Menjadikan SBY-JK sebagai penjahat kemanusian negeri ini karena upaya plin-planya dalam menangani Lumpur Lapindo, yang secara jelas disebabkan oleh ulah suatu kepentingan korporasi.
Demikian segenap tuntutan kita curahkan atas nama amanat kesusahan rakyat. Fenomena harga-harha yang setiap hari terus melambung menjadi kenyataan negeri ini, antrian penderitaan yang setiap saat bisa mendatangi siapapun menjadi ancaman kesulitan bangsa ini. Maka tak pantas kita sebagai bagian bangsa yang tahu dan mengerti tentang keadaan ini hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa. Karena ini saat kita berjuang, ketika pemimpin negeri telah menjadi pembawa bencana terhadap kesulitan rakyat. Mari para pemuda dan mahasiswa bangkitlah, karena kita adalah pilar perlawanan kesusahan rakyat, kita bagian terpenting dari perjuangan penderitaan ini, hidupnya bangsa ini karena tetap terjaganya semangat para pemuda bangsa ini. YAKIN USAHA SAMPAI!!!!


Penanggungjawab Aksi



Adang Setia
Kabid PTKP HMI cabang Bandung
NB: kontak langsung: 085624140459

Tidak ada komentar: